Latest Entries »

Kapan Mulai?

Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dari literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi.

Budidaya rumput laut yang menurut sejarahnya diteliti sejak abad ke 18 pada Ekspedisi Sibolga oleh pemerintah Hindia Belanda (1890-1900), berhasil mengidentifikasi kurang lebih 550 jenis rumput laut di perairan laut Indonesia.Rumput laut merupakan aset ekonomi negara yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber pangan dan sumber energi yang dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara.

Untuk Budidaya rumput laut dilakukan pada saat musim kemarau bukan musim penghujan, hal ini dikarenakan dalam saat pemanenan diperlukan sinar matahari yang optimal pada saat pengeringan.

Mengapa?

Untuk mengurangi penangkapan ikan yang overfishing, dengan melakukan budidaya laut tidak hanya melakukan produksi namun menjaga kelestarian ekosistem laut, dapat menciptakan usaha dan lapangan kerja yang baru, menghasilkan komoditi ekspor dalam rangka meningkatkan devisa negara. Selain itu untuk mengefisienkan dan mengefektifkan

Pengertian:

Budidaya laut merupakan upaya rekaya lingkungan perairan untuk menghasilkan suatu komoditas atau bisa didefinisikan  sebagai upaya pengembangan potensi dari sumber daya alam dalam area terbatas baik itu terbuka ataupun tertutup

Ruang Lingkup :

Oseanografi Fisika (Gelombang, arus, pasut)

Oseanografi kimia (Suhu, pH, salinitas, mineral anorganik)

Oseanografi biologi (sebaran nutrien)

sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran)

management lingkungan

Jenis – jenis :

Jenis-jenis teknik budidaya yaitu bagan tancap, tambak, rakit gantung

Proses Kegiatan

  • Pre-Budidaya

1. SDM

Ini adalah hal terpenting yang harus dipikirkan apabila kita ingin melakukan suatu kegiatan budidaya laut ini, karena tanpa sumber daya manusia yang ada mustahil kita bisa melakukan budidaya. Biasanya SDM yang kita manfaatkan adalah warga sekitar lokasi budidaya berada yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka. Dalam hal ini SDM yang di perlukan untuk budidaya rumput laut sekitar 10 orang untuk manajemen, 10 orang untuk urusan teknis dalam budidaya, dan 10 orang untuk urusan produksi rumput laut skala menengah, lalu bagian administrasi 10, total SDM yang di perlukan sekitar 40 orang.

2. Modal

Dalam melakukan budidaya laut diperlukan modal yang tidak sedikit, sehingga diperlukan kejelian dan manajemen yang baik agar bisa mendapatkan modal yang cukup untuk melakukan budidaya laut, karena biasanya pihak yang meminjamkan modal ( bank, koperasi, swasta ) menginginkan proposal pengajuan modal yang real dan sesuai dengan apa yang akan dilakukan saat budidaya nanti

3. Jenis Organisme yang akan dibudidayakan

Jenis organisme yang akan dibudayakan adalah rumput laut jenis eucheuma sp, jenis ini sebelumnya sudah banyak di budidayakan oleh masyarakat, sehingga kita tidak usah lagi mencari refrensi tentang budidaya Euchema sp, cukup mengumpulkan data dari nelayan yang pernah berbudidaya jenis rumput laut ini.

4. LokasiTeknik / Metode

Penanaman metode Rakit Apung adalh metode yang tepat untuk budidaya rumput laut ini. Penanaman dengan metoda rakit ini menggunakan rakit apung yang terbuat dari bambu berukuran antara (2,5 x 2,5 ) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi tergantung pada kesediaan bahan bambu yang dipergunakan. Untuk penahanan supaya rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan jangkar sebagai penahanan atau diikat pata patok kayu yang ditancapkan di dasar laut . Pemasangan tali dan patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang surut air. Metoda rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman 60 cm.

  • Budidaya
  1. Monotoring organisme, bibit, alat rekonstruksi, lingkungan

Penyediaan benih Eucheuma sp relatif mudah, karena tersebar di sepanjang perairan pantai dan dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif.

Di dalam usaha budidaya bibit yang baik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi, karena akan menyangkut segi pemasaran dan kelangsungan usaha budidaya itu sendiri, sehingga tidak akan merugikan petani/nelayan karena kandungan biota karagenan yang rendah diperlukan persyaratan bibit sebagai berikut :

  1. Mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan.
  2. Keadaan biologi yang baik sehingga mempunyai kadar kandungan yang karagenan yang tinggi yang nantinya akan merupakan jaminan pemasaran yang baik.

Ciri bibit yang baik :
1. Bibit tanaman harus muda
2. Bersih dan
3. Segar.

  1. Pembesaran
  • Pasca-Budidaya
  1. Panen

Setelah melakukan kegiatan budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp, kegiatan panen merupakan kegiatan akhir dalam kegiatan budidaya ini dimana rumput laut siap dipanen pada umur 1 – 1.5 bulan setelah tanam.

Untuk panen budidaya rumput laut ini, rumpu laut harus dikeringkan terlebih dahulu, sehingga sebaiknya panen dilakukan pada pagi hari.Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan kualitas sebelum dijemur kembali keesokan harinya.(Anonim.2010)

2. Pasca Panen

Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen pada budidaya rumput laut ini meliputi pencucian, pengeringan, pembersihan kotoran atau garam (sortasi), pengepakan, pengangkutan, penyimpanan, serta pemasaran.

  1. Pencucian

Untuk rumput laut jenis Eucheuma sp dicuci dengan air laut sebelum diangkat kedarat.

2. Pengeringan

Pengeringan disini dilakukan dengan menjemur tanpa bantuan alat, hal ini dikarenakan lebih praktis dan murah.Rumput laut yang sudah dicuci dijemur di atas bamboo atau plastic sehingga tidak terkontaminasi oleh tanah maupun pasir.Pada kondisi panas matahari yang optimal, rumput laut akan kering dalam waktu 3-4 hari.Rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air hujan maupun air embun.

3. Pembersihan Kotoran / garam (sortasi)

Dalam membersihkan kotoran yang masih menempel dilakukan Pengayakan menempel. Sortasi adalah pembuangan kotoran yang menempel dan rumput laut jenis lain yang tidak dikehendaki.

4. Pengepakan

5. Pengakutan

6. Penyimpanan

7. Pemasaran

Nama anggota kelompok :

Shifa Dini  Fitriani   230210080004

Dwijayanti Arum Sari 230210080036

Rama Wijaya 230210080050

Indriani 230210080061

Furkon 230210080062

DISUSUN OLEH :

1) SHIFA DINI FITRIANI        230210080004

2) INDRIANI                           230210080061

EKOLOGI LAUT TROPIS

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli biologi Jerman pada tahun 1869.  Kata ”ekologi” berasal dari  bahasa Yunani, yaitu Oikos yang berarti  ”rumah” atau ”tempat tinggal” dan logos yang berarti ”ilmu” atau ”studi”.  Jadi, ekologi  ”organisme di tempat hidupnya” dengan mengutamakan pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Laut merupakan sekumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra yang menghubungkan bagian bumi. Demikian Ekologi Laut Tropis adalah suatu hubungan antara makhluk hidup dengan laut tropis sebagai lingkungannya dan dipelajari bagaimana cara untuk mencapai keseimbangan antara keduanya.

Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Dalam interaksi organisme dengan lingkungannya, adanya prinsip-prinsip ekologi yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan faktor biotik.  Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

INDIVIDU

Individu merupakan organisme tunggal. Dalam mempertahankan hidup, setiap makhluk hidup dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis, seperti :

  • mendapatkan makanan,
  • mempertahankan diri terhadap musuh alaminya,
  • memelihara anaknya,
  • mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas,
  • merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya dan
  • bereproduksi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi. Adapula organisme yang tidak mampu beradaptatasi (maladaptasi). Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:

  • Adaptasi Morfologi, seperti : ikan hiu memiliki gigi yang tajam karena termasuk hewan karnivora.
  • Adaptasi Fisiologi, seperti : Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat
  • Adaptasi Tingkah Laku, seperti : ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara dan Migrasi Ikan salem di Amerika Utara yang hidup di laut melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai. Setiap tahun, ikan salem dewasa berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai.

POPULASI

Populasi merupakan kumpulan individu yang sejenis yang tinggal di habitat tertentu dan waktu tertentu. Makhluk hidup di perairan beradaptasi terhadap suatu lingkungan dengan pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi dalam populasi. Dinamika populasi ini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan.

KOMUNITAS

Kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain disebut komunitas. Komunitas memiliki keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem.

Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi. Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

EKOSISTEM

Interaksi antara komponen  komponen penyusunnya  sehingga terbentuk suatu  satuan fungsional dan di  dalamnya terdapat makhluk  autotrof dan heterototrof terdapat dalam suatu ekosistem. Setiap ekosistem memiliki komponen – komponen yang masing-masing mempunyai peranan dan mereka saling terkait dalam melaksanakan proses-proses dalam ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem meliputi siklus energi, rantai makanan, pola keanekaragaman, siklus materi, perkembangan, dan pengendalian. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).

BIOSFER

Tingkatan organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antar lingkungan fisik secara keseluruhan dinamakan biosfer.

Pada dasarnya, lingkungan di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Setiap makhluk hidup mempunyai tempat tinggal untuk hidup dinamakan habitat dalam batas tertentu harus dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan hidup makhluk yang menghuninya misalnya padang lamun hidup pada kedalaman ± 4 meter.

Dalam suatu populasi terjadi evolusi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih langka. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru.

Terdapat mekanisme utama yang mendorong evolusi yaitu seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi  dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.

Di dalam interaksi makhluk hidup adanya simbiosis. Adapun bentuk simbiosis yakni:

  • Simbiosis parasitisme di mana pihak yang satu mendapat keuntungan dan merugikan pihak lainnya.
  • Simbiosis mutualisme adalah hubungan sesama makhluk hidup yang saling menguntungkan kedua pihak. Contohnya: Ikan Remora dan Ikan hiu
  • Simbiosis komensalisme di mana pihak yang satu mendapat keuntungan tapi pihak lainnya tidak dirugikan dan tidak diuntungkan. Contoh: ikan badut dengan anemon laut

NICHE

RELUNG (NICHE)

Dalam ekogi, sebuah Relung (Niche) adalah sebuah istilah yang menggambarkan posisi relasional dari sebuah populasi melalui ekosistem satu sama lain. Relung ekologis menggambarkan bagaimana sebuah organisme atau populasi menanggapi adanya pesaing (misalnya, ketika ada predator, parasit dan patogen yang langka) dan bagaimana hal itu pada gilirannya mengubah faktor-faktor yang sama (misalnya, bertindak sebagai sumber makanan bagi predator, bertingkah laku, bereaksi, dan memangsa konsumen). Dalam suatu ekologi, setiap jenis tumbuhan akan mempunyai relung ekologi sebagai landasan untuk memahami fungsi dari suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat yang sama. Peranan niche dalam habitatnya, dalam jenjang makanannya yang berhubungan dengan pH tanah atau iklim. Dalam ekosistem, berbagai jenis makhluk hidup lainnya dalam habitat dan relung ekologi masing-masing hidup bersama dan berinteraksi.

Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia.

Rantai makanan dalam ekosistem laut

Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan yang disebut rantai makanan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan. Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya.

Setiap ekosistem memiliki suatu tingkat trofik dari hubungan makan-memakan. Tingkat trofik yang secara mendasar dapat mendukung yang lainnya dalam suatu ekosistem terdiri dari organisme autotrof, atau produsen primer ekosistem tersebut. Tumbuhan yang menghasilkan gula sebagai bahan bakar untuk respirasi seluler dan sebagai bahan pembangun untuk pertumbuhan lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Organisme heterotrof yang secara langsung atau secara tidak langsung bergantung pada hasil fotosintetik produsen primer. Fitoplankton (alga dan bakteri) merupakan produsen primer dalam zona limnetik dan dalam lautan terbuka, Akan tetapi, pada zona afotik di laut dalam, sebagian besar kehidupan bergantung pada produksi fotosintetik di dalam zona fotik; energi dan nutrien turun ke bawah dari atas dalam bentuk plankton dan detritus lainnya.

Herbivora, yang memakan tumbuhan alga dan fitoplankton adalah konsumen primer. Dalam ekosistem akuatik, fitoplankton sebagian besar dikonsumsi oleh zooplankton, yang meliputi protista heterotrof, berbagai invertebrata kecil (khususnya krustasea dan di lautan tahapan larva dari banyak spesies yang hidup dalam bentos sebagai organisme dewasa), dan beberapa ikan.

Tingkat trofik berikutnya terdiri dari konsumen sekunder : karnivora yang memakan herbivora. Karnivora ini selanjutnya dapat dimakan oleh karnivora lain yang merupakan konsumen tersier, dan beberapa ekosistem bahkan memiliki karnivora dan omnivor dengan tingkat yang lebih tinggi lagi. Dalam habitat akuatik, banyak ikan memakan zooplankton dan selanjutnya ikan tersebut dimakan oleh ikan predator. Pada Laut Tropik: predator tertinggi (tuna, lansetfish,  setuhuk, hiu sedang dan hiu besar), predator lainnya: cumi-cumi, lumba-lumba

Bahan organik yang menyusun organisme hidup dalam suatu ekosistem akhirnya akan didaur ulang (disiklus ulang), diurai (dibusukkan), dan dikembalikan ke lingkungan abiotik dalam bentuk yang dapat digunakan oleh autotrof. Beberapa konsumen, detritivora, mendapatkan energinya dari detritus, yang merupakan bahan organik yang tidak hidup, seperti feses, daun yang gugur, dan bangkai organisme mati, dari semua tingkat trofik. Dengan demikian penguraian itu menghubungkan semua tingkat trofik. Struktur trofik suatu ekosistem menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia.

ALIRAN ENERGI DALAM EKOSISTEM


Semua organisme memerlukan energi untuk aktivitas hidupnya. Sebagian besar produsen primer (tumbuhan berklorofil) menggunakan energi cahaya untuk berfotosintesis yang dapat mensintesis molekul organic yang kaya energi, yang selanjutnya dapat dirombak untuk membuat ATP. Konsumen mendapatkan bahan bakar organiknya melalui jaring-jaring makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Dengan demikian, keadaan aktivitas fotosintetik menentukan batas pengeluaran bagi pengaturan energi keseluruhan ekosistem. Aliran energi dapat digambarkan pada bagan berikut ini :

Produktivitas di laut tropis melimpah karena sinar matahari terus menerus sepanjang tahun karena hanya ada dua musim yakni musim hujan dan kemarau, kondisi optimal bagi produksi fitoplankton dan konstant sepanjang tahun. Umumnya terdapat paling besar di perairan dangkal dekat benua dan di sepanjang terumbu karang, di mana cahaya dan nutrien berlimpah.

ALIRAN MATERI DALAM EKOSISTEM

Pada perputaran materi yang terjadi diantara komponen ekosistem, materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi yang berupa unsur unsur terdapat dalam senyawa kimia yang dipelajari antara lain  : siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Secara struktural setiap siklus materi mengalami pertukaran unsur kimia. Siklus materi yang satu dengan yang lain dapat saling terkait atau saling mempengaruhi. Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi siklus materi. Sebagai contohnya adalah kegiatan pabrik dan mesin-mesin kendaraan bermotor dapat meningkatkan kandungan senyawa-senyawa oksidasi belerang, oksida nitrogen, dan gas CFC di udara. Jadi, hubungan yang paling erat adalah setiap materi di bumi pasti memiliki suatu energi dalam bentuk diam ataupun bergerak.

SIKLUS BIOGEOKIMIA

Dalam suatu ekosistem, materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia, karena perputaran nutrien melibatkan komponen biotik dan abiotik suatu ekosistem sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga. Nutrient dapat masuk ke ekosistem melalui : Pelapukan (Wheathering), Atmospheric Input (pemasukan ke atmosfer), Biological Nitrogen Fixation, dan Immigration. Sedangkan Nutrient dapat keluar dari ekosistem melalui Erosion, Leaching, Intrusi, Gaseous Losses (pembuangan berupa gas), serta Emigration dan Harvesting

Macam-macam Daur Biogeokimia

1) Siklus Karbon


Pada ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air

Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk C02 dari atmosfer melalui proses fotosintesis yang nantinya akan digunakan oleh tumbuhan dan hewan untuk berespirasi yang dapat menghasilkan O2. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara. Sejumlah karbon bisa dipindahkan dari siklus tersebut dalam waktu yang lebih lama ketika karbon terakumulasi di dalam kayu dan bahan organik oleh detritivora akhirnya didaur ulang karbon ke atmosfer sebagai C2. Hal ini dapat sebagai kembalinya C02 ke atmosfer.

2) Siklus Nitrogen


Di atmosfer banyak mengandung gas nitrogen, yaitu 80% dari udara. Tumbuhan seperti ganggang atau alga memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02– ), dan ion nitrat (N03– ). Selain itu, terdapat bakteri yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob, dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat dalam bentuk ammonia (NH4). Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

3) Siklus Fosfor


Siklus fosfor lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau siklus nitrogen. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam satu bentuk fosfat (P043-) anorganik (pada air dan tanah) dan yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Pelapukan bebatuan secara perlahan-lahan menambah fosfat ke dalam tanah.

Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam molekul biologis, fosfor dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organic. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Dengan demikian, sebagian besar fosfat bersiklus ulang secara lokal di antara tanah, tumbuhan, dan konsumen atas dasar skala waktu ekologis.

MANGROVE

Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis, fisik dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat, feeding ground, nursery ground, spawning ground bagi aneka biota perairan, tempat bersarang berbagai satwa liar terutama burung,sumber plasma nutfah,serta sebagai pengatur iklim mikro. Fungsi fisik hutang mangrove yaitu   mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang serta menguraikan/mengolah limbah organic. Fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.

Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen). Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik. Ekosistem mangrove yang terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau.

Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan (Bengen, 2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :

1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora (misalnya: Avecennia spp., Xylocarpus., dan Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).

2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :

• Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.

• Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam.

• Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut, dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

Zonasi Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh

berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan mangrore di Indonesia :

• Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. Yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.

• Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.

• Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

• Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

Hubungan Ekosistem Mangrove dengan Ekosistem Lainnya

Ekosistem utama di daerah pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Menurut Kaswadji (2001), tidak selalu ketiga ekosistem tersebut dijumpai, namun demikian apabila ketiganya dijumpai maka terdapat keterkaitan antara ketiganya. Masing-masing ekosistem mempunyai fungsi sendirisendiri. Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun juga berfungsi sebagai sedimen trap sehingga sedimen tersebut tidak mengganggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat, feeding ground, nursery ground, spawning ground bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang. Di samping hal-hal tersebut di atas, ketiga ekosistem tersebut juga menjadi tempat migrasi atau sekedar berkelana organisme-organisme perairan, dari hutan mangrove ke padang lamun kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya .

DAMPAK DARI KEGIATAN MANUSIA TERHADAP EKOSISTEM MANGROVE

  1. Penebangan, berubahnya komposisi tumbuhan
  2. Pengalihan aliran air tawar

Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat- zat hara melalui aliran air tawar berkurang.

  1. Konversi menjadi lahan perikanan

–          Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva dan/atau stadium muda ikan dan udang.

  1. Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahan minyak dalam jumlah besar mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak.
  2. Pembuangan sampah cair dan padat

Penurunan kandungan oksigen terlarut dalah air dan mengakibatkan perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar pembuangan sampah.

PENGELOLAAN SUMBER DAYA WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN SECARA TERPADU

Indonesia negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000 buah pulau, memiliki luas wilayah pesisir dan laut luas (3,1 km2 dan ZEE 2,7 km2). Garis pantai memuat habitat pantai yang sangat bervariasi, 81 km, kedua terpanjang setelah Canada, habitatnya antara lain: terumbu karang, mangrove, lamun, rumput laut dan ikan.  Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral: oleh satu instansi pemerintah untuk tujuan tertentu misal perikanan, konflik kepentingan. Perencanaan Terpadu: mengkoordinasikan mengarahkan berbagai aktivitas kegiatan. Terprogram untuk tujuan keharmonisan, optimal antara kepentingan lingkungan, pembangunan ekonomi dan keterlibatan masyarakat, pengaturan tataruang.

Ekosistem  Mangrove

Hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Luas hutan mangrove di Indonesia merupakan yang terluas di dunia (2,5-3,5 juta Ha,18-23 % luas mangrove di dunia dan lebih luas dari Brasil).

Bentuk Pengelolaan (manfaat dan konservasi): Silvofishery, minawana. Banyak berkembang di Jawa dan Sulawesi Selatan

Ekosistem Padang Lamun

Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut. Padang lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang  tinggi. Fungsi ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, spawning ground dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong, sebagai peredam arus sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang. Adapun ancaman terhadap padang lamun, diantaranya sebagai berikut :

– Pengerukan dan pengurugan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir       laut, pelabuhan, industri dan saluran navigasi)

– Pencemaran limbah industri terutama logam berat dan senyawa organoklorin

– Pencemaran minyak dan industri

Upaya pelestarian

–          Mencegah terjadinya pengrusakan akibat pengerukan dan pengurugan kawasan lamun

–          Mencegah terjadinya pengrusakan akibat kegiatan konstruksi di wilayah pesisir

–          Mencegah terjadinya pembuangan limbah dari kegiatan industri, buangan termal serta limbah pemukiman

–          Mencegah terjadinya pencemaran minyak di kawasan lamun

Ekosistem Terumbu Karang

Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 60.000 km2, namun hanya 6,2% saja yang kondisinya baik. Tekanan terhadap keberadaan terumbu karang sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan manusia.  Karang memerlukan kondisi tertentu untuk dapat tumbuh dengan baik seperti :

  • Air dengan transparansi tinggi (jernih)
  • Suhu air yang berkisar antara 23 – 32 derajat celcius
  • Kedalaman perairan kurang dari 40 m
  • Salinitas yang berkisar antara 32 – 36 per mil
  • pH 7,5 – 8,5

Kerusakan terumbu karang banyak ditentukan oleh aktivitas di daratan. Adapun manfaat terumbu karang sebagai berikut :

  • Berperan penting bagi pertumbuhan sumberdaya perikanan (sebagai feeding ground, fishing ground, spawning ground and nursery ground)
  • Mencegah terjadinya pengikisan pantai
  • Sebagai daya tarik wisata bahari
  • Secara global terumbu karang berfungsi sebagai pengendap kalsium yang mengalir dari sungai ke laut

Ancaman terhadap terumbu karang

  • Pencemaran minyak dan industri,
  • Sedimentasi akibat erosi, penebangan hutan, pengerukan dan penambangan karang
  • Peningkatan suhu permukaan laut
  • Penggunaan sianida dan bahan peledak untuk menangkap ikan
  • Perusakan akibat jangkar kapal

Upaya pelestarian terhadap kelangsungan hidup terumbu karang

  • Mengendalikan/ meminimalkan penambangan karang untuk lahan bangunan
  • Mencegah kegiatan pengerukan atau kegiatan lainnya yang menyebabkan terjadinya endapan

RANTAI MAKANAN  DAN ALIRAN ENERGI  PADANG LAMUN

DI PULAU BIAWAK



Pulau Biawak di kabupaten Indramayu terletak pada posisi 06°56’022’’ LS dan 108°22’015’’ BT. Perairan pantai Pulau Biawak yang dikelilingi tubir pada saat pasang tinggi hanya mencapai kedalaman 1,5 meter pada bagian tubir merupakan areal perairan yang kaya dengan lamun. Beberapa spesies lamun yang umum ditemukan adalah Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Enhalus acroides, dan Halophila ovalis. Wilayah yang bersubstrat berlumpur di pesisir pulau biawak paling banyak ditumbuhi lamun berada di bagian Barat Daya sampai Barat Laut dan Sisi Timur pulau dengan kerapatan yang cukup tinggi.

Pengertian lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), mempunyai akar, batang, daun sejati yang hidup pada substrat berlumpur, berpasir sampai berbatu yang hidup terendam di dalam air laut  dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya (Asmus, 1985).

Lingkungan di Pulau Biawak

Di pulau Biawak padang lamun bersama-sama dengan mangrove dan terumbu karang bertindak sebagai penyangga ekosistem pesisir.Indonesia terletak di wilayah beriklim tropis, dan selalu mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun, sehingga sangat baik untuk petumbuhan lamun. Kebanyakan lamun terdapat di wilayah laut  bersubstrat lumpur dan dangkal seperti di pantai utara Jawa tepatnya Pulau Biawak dengan kedalaman 5m-10m. Kondisi saat ini di hampir sepanjang kawasan pesisir kabupaten Indramayu terkena abrasi, hal ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia yang menyebabkan rusaknya ketiga penyangga ekosisitem pesisir. Faktor alam  diantaranya adalah pengaruh iklim yaitu isu global warming yang menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga bibir pantai semakin terkikis oleh ombak. Naiknya permukaan laut ini dapat mengganggu ekosistem lamun karena lamun hidup pada perairan yang dangkal, dengan naiknya permukaan laut maka kedalaman habitat lamun pun bertambah dalam, sehingga tidak baik lagi untuk pertumbuhan lamun.

Selain itu faktor manusia yang merusak ekosistem padang lamun melalui aktivitas penangkapan ikan di daerah kabupaten indramayu misal di pulau biawak, selain itu belakangan ini wilayah pesisir Indramayu dan Pulau Biawak sering ditemukan adanya ceceran minyak mentah (crude oil) yang disebabkan oleh bocornya pipa pertamina di lepas pantai,  ini terjadi di sepanjang pantai Pabean Udik dan Brondong, ceceran minyak yang masih fresh. Minyak mentah ini jelas sangat mengganggu ekosistem pesisir, salah satunya ekosistem padang lamun yang ada di pulau biawak, indramayu Jawa Barat. Karena minyak mentah yang tercecer di satu lokasi ,dapat terdistribusi menyebar ke lautan akibat adanya energy gelombang dan arus, laut lalu bisa mencemari ekosistem padang lamun yang terdapat di wilayah pesisir, ceceran minyak mentah ini bersifat racun bagi tumbuhan lamun dan menyebabkan matinya organisme laut lainnya. Rusaknya ekosistem padang lamun  akan berdampak pada rantai makanan dan aliran energi juga materi pada ekosistem lamun.

Rantai Makanan

Padang  lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Echinodermata (Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Kikuchi and Peres, 1977).

Rantai Makanan Ekosistem Padang Lamun

Lamun bertindak sebagai produsen yang menggunakan sinar matahari, air, nutrient, dan CO2 untuk memproduksi energi, proses ini dinamakan fotosintesis yang menghasilkan O2. Dalam rantai makanan lamun sebagai produsen primer mempunyai peranan yang sangat penting bagi biota laut lainnya.

Bagian makro dan mikro yang didekomposisi dari lamun akan digunakan oleh mikroorganisme dan sangat memegang peranan penting sebagai sumber makanan untuk beberapa konsumen primer, seperti organisme planktonik.Padang lamun merupakan produsen primer  dalam komunitas di laut, sedangkan yang bertindak sebagai konsumen primer yaitu pemakan tumbuhan lamun dan pemakan fitoplankton contoh : penyu, dugong, gastropoda kecil yaitu trochidae, rissodae, dan centhiidae,serta beberapa krustacea dekapoda, polichaeta , dan echinodermata.

Untuk konsumen sekunder yaitu  ditempati oleh karnivora, yang memangsa herbivora sebagai makanannya, mereka bertindak sebagai predator  moluska, crustacean, dan ikan-ikan kecil. Beberapa  jenis ikan predator yang ditemukan pada ekosistem lamun di perairan  P. Biawak antara lain : Bumphead parrotfish, angelfish, longfin bannerfish, butterfly, kerapu dan clown fish. Selain jenis ikan tersebut terdapat juga udang, lobster dan binatang laut pemakan karang (crown of thorn). Sekarang ini ikan-ikan  tersebut jarang ditemukan lagi akibat telah rusaknya ekosistem padang lamun akibat aktivitas masyarakat pesisir sekitar Selanjutnya konsumen tersier yaitu memangsa konsumen primer dan konsumen sekunder, seperti ikan pemangsa besar dan beberapa burung pemakan ikan, misal : hiu, burung pelikan dsb.

Selain yang dijelaskan tadi dalam rantai makanan terdapat dekomposer, seperti bakteri dan mikroorganisme yang menguraikan daun yang telah mati yang disebut proses dekomposisi. Dekomposer  mengubah jasad tumbuhan lamun menjadi partikel kecil dan sejumlah gas yang dilepaskan kedalam air laut. Proses daur ulang oleh dekomposer ini sangat penting dalam menyediakan nutrient bagi biota  yang hidup di ekosistem padang lamun.

Aliran Energi


Gambar aliran energy ekosistem padang lamun

Aliran energi pada ekosistem padang lamun (padang zostera) relatif tinggi dikarenakan  adanya proses sedimentasi, pencahayaan dan adanya pasang surut pada ekosistem padang lamun (Kiswara , 1999).

Aliran Energi Dapat Disederhana Pada Gambar di Bawah Ini  :


Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang ditangkap oleh produsen dalam hal ini tumbuhan lamun, kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan semua komponen ekosistem padang lamun, hal ini karena menurut hukum termodinamika bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan.
Aliran energi di alam atau ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika tersebut. Dengan proses fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah menjadi energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan.
Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora.

Cahaya matahari sebagai sumber energi utama tumbuhan lamun untuk proses fotosintesis yang menghasilkan energi bagi  beberapa biota laut. Aliran energy dilihat dan dihitung dari produksi primer, aliran materi seperti O2, CO2, Fosfor, Nitrogen, biomassa, produksi dan konsumsi makrofauna dalam rantai makanan. Dapat dilihat total suplai makanan dan nutrient pada ekosistem padang lamun didapat dari ekosistem lamun sendiri, kemudian fitoplankton, dan dekomposer. Kemudian energy yang dihasilkan oleh produsen dimanfaatkan oleh beberapa biota yang bertindak sebagai konsumen melalui proses memangsa dan dimangsa dalam rantai makanan.

Disusun Oleh :

1. SHIFA DINI FITRIANI   230210080004

2. RAMAWIJAYA                  230210080050

Kepustakaan :

http://www.shifadini.wordpress.com

http://www.ramalaut08.wordpress.com

Rujukan Bacaan :

–   Asmus, H. 1985. The importance of grazing food chain for energy flow and production in three intertidal sand bottom communities of the northern Wadden Sea. Helgolander Meeresunters. 39:273-301

–   Kikuchi dan JM. Peres. 1977. Consumer ecology of segrass bed, pp 147-93.In P McRoy and C Helferich(eds) Sea grass Ecosystem.A scientific Perspective.Marc.Sci.Vol 4.Marcel Dekker Inc.New York

–   Kiswara , Wawan. 1999. Perkembangan Penelitian Ekosistem Padang Lamun di Indonesia. Puslitbang Oseanologi – LIPI, Jakarta.

Meteorologi Laut

Welcome to My Blog,,


Keterkaitan CFC (ChloroFluoroCarbon)

denganPemanasan Global saat ini


Perlu diketahui bahwa iklim merupakan gejala alamiah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sekarang ini adanya pemanasan Global yang terjadi mempengaruhi perubahan iklim di bumi kita.

Iklim itu sendiri merupakan rata-rata dan variasi temperatur, penguapan, presipitasi dan angin selama periode tertentu hingga jutaan tahun sehingga menciptakan suatu kisaran bagi setiap unsur cuaca.

Hubungan antara Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Perubahan Iklim merupakan perubahan tekanan udara, suhu, angin, curah hujan, dan kelembaban sebagai akibat dari Pemanasan Global. Sedangkan pemanasan global merupakan meningkatnya suhu bumi sebagai akibat dari akumulasi panas di atmosfer di dekat permukaan bumi dan laut yang disebabkan oleh Efek Rumah Kaca selama beberapa dekade terakhir dan proyeksi untuk beberapa waktu yang akan datang.

Pemanasan Global akan disertai dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia yang dapat mengakibatkan risiko banjir tinggi. Akibat yang parah menyebabkan gelombang panas, banjir, peristiwa cuaca ekstrem dan kekeringan yang berkepanjangan akan terus mengakibatkan peningkatan penyakit dan kematian.

Sadarkah kita bahwa beberapa tahun ini semakin banyak bencana alam yang terjadi dan fenomena-fenomena alam yang kacau? Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun.

Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman terbesar yang dihadapi di bumi ini. Beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan suhu di berbagai daerah dan meningkatkan ekstremitas dalam pola cuaca. Pemanasan global mengakibatkan pola cuaca rumit, yang beragam dan saling bertentangan. Berakibat cuaca panas, cuaca dingin, gelombang panas, badai, hal-hal tersebut disebabkan oleh perubahan iklim.

Pemanasan global terjadi akibat dari peningkatan efek rumah kaca yang disebebakan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Semakin tinggi konsentrasi gas rumah kaca maka semakin banyak radiasi panas dari bumi yang terperangkap di atmosfer dan dipancarkan kembali ke bumi. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi. Peningkatan suhu iklim juga bisa dikarenakan peningkatan radiasi matahari, namun efeknya relatif sangat kecil.

Beberapa Penyebab adanya Pemanasan Global

Efek rumah kaca sebagai penyebab utama pemanasan global. Padahal awalnya, efek rumah kaca (greenhouse effect) merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh bumi sebagai pelindung terhadap radiasi langsung matahari. Dari radiasi matahari yang menembus atmosfer berupa radiasi gelombang pendek, bumi melepaskan energi panas ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Bila seluruh energi panas ini terbuang ke angkasa, suhu permukaan bumi akan menurun. Namun adanya lapisan seperti selimut yang terdiri dari uap air dan gas-gas carbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6) sehingga sebagian panas terperangkap di bawah lapisan atmosfer. Maka, panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula, sehingga suhu permukaan bumi menjadi hangat (efek rumah kaca). Oleh karena itu, pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dampak dari Efek Rumah Kaca.

Pada pemanasan global dan perubahan iklim erat kaitannya dengan masalah lingkungan dan kesehatan manusia yang terkait dengan penipisan lapisan ozon. Kedua fenomena ini saling berhubungan. Beberapa polutan (zat pencemar) memberikan kontribusi yang sama terhadap penipisan lapisan ozon dan Pemanasan Global. Lapisan ozon merupakan filter terhadap sinar ultra violet dari radiasi matahari. Semakin menipisnya lapisan ini, sinar ultra violet akan lebih leluasa sampai ke muka bumi sehingga akan menambah panas permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon terutama disebabkan oleh chlorofluorcarbon (CFC). Seiring dengan meningkatnya jumlah pemakaian gas chlorofluorocarbon (CFC) menyebabkan lapizan ozon semakin menipis karena terjadinya reaksi antara CFC dan lapisan ozon. Pelepasan karbon ini berpengaruh pada peningkatan kandungan karbon di atmosfir yang berdampak pada peningkatan suhu atmosfir di permukaan bumi.

Chlorofluorocarbon (CFC) yang terdiri dari  karbon,clorin dan fluor. CFC merupakan penyebab dari penipisan ozon stratosfir. Seperti halnya karbondioksida, CFC juga merupakan Gas Rumah Kaca dan berpotensi terhadap Pemanasan Global jauh lebih tinggi dibandingkan karbondioksida sehingga dampak akumulasi CFC diatmosfer mempercepat laju Pemanasan Global. CFC akan tetap berada di atmosfer dalam waktu sangat lama bahkan berabad-abad.

Selain itu, kebakaran hutan berpengaruh terhadap meningkatnya suhu global. Emisi yang dihasilkan dalam kebakaran hutan tersebut menyebabkan pencemaran lapisan ozon sehingga menyebabkan penyerapan panas dari radiasi juga bertambah,

Gambar Mekanisme Pemanasan Global

Dapat disimpulkan bahwa pemanasan global yang terjadi saat ini sebagai akibat akumulasi dari emisi buangan ke udara berupa gas-gas CO2, CFC, metana dan lain-lain yang menyebabkan efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon akibat pencemaran yang mengakibatkan radiasi matahari yang memanasi bumi tanpa atau hanya sedikit terfilter oleh lapisan ozon. Dampak yang ditimbulkan sangat merugikan manusia.  Suhu permukaan bumi naik dengan cepat akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan manusia. Penguapan akan meningkat sehingga akan menimbulkan kekeringan yang mengakibatkan kelaparan di mana-mana. Cuaca buruk, badai topan, yang dipicu oleh fenomena iklim seperti El Nino, dampak bagi kelangsungan makhluk hidup yaitu musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati, kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya coral bleaching dan kerusakan terumbu karang diseluruh dunia, meningkatnya frekuensi kebakaran hutan, dan sebagainya yang merugikan manusia.

Yang perlu kita lakukan untuk mengurangi pengaruh pemanasan global terhadap bumi kita ini yaitu :

· Kita sebagai manusia harus segera menanggulangi  dan mengurangi yang menyebabkan meluasnya fenomena pemanasan global.

· Menggunakan segala Sumber Daya Manusia untuk mengatasi kerusakan alam yang terjadi.

· Serta ikut berperan aktif mengurangi tingkat emisi yang menyebabkan suhu bumi meningkat.

Saya berharap agar bumi kita yang hanya satu ini masih mampu menampung generasi-generasi manusia yang lebih baik di masa yang akan datang. Oleh karena itu, merupakan tugas kita bersama untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan.

Hatur Nuhun, semoga artikel ini bermanfaat.

PUSTAKA

> Anonim, 2009. Perubahan Iklim. http:// http://www.kapanlagi.com/h/0000179182.html

> Anonim, 2009. Pemanasan Global. http:// www.pemanasanglobal.net/…/apa-itu-pemanasanglobal.htm

> Buletin Balitbang Dephan

Shifa Dini Fitriani

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!